Sabtu, 27 Juni 2015

Jurnal Fluida



RAJA LAUT TERKAPAR
Nur Ningsih Nonci, Besse Nurul Hikmah, Dwi Siti Hartinah Eny. A, Karlinayanti,     Nur Afni
Program Studi Pendidikan IPA FMIPA
Universitas Negeri Makassar

Fluida merupakan salah satu jenis zat yang dapat mengalir. Bentuk fluida cenderung tidak tetap, yakni bergantung pada wadah atau penampungan tempat zat itu berada. Karena sifatnya yang demikian, maka pemanfaatannya fluida dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak. Aplikasi dari fluida dapat kita lihat contohnya, seperti pada kapal laut. Pada dasarnya kapal laut yang terbuat dari bahan-bahan berat dapat mengapung di laut atau perairan karena kapal didesain sedemikian rupa sehingga mempunyai rongga. Dengan demikian, volume air yang dipindahkan oleh kapal sangat banyak dan hal ini menyebabkan gaya ke atas yang dialami oleh kapal sangat besar sehingga kapal tidak tenggelam. Kapal laut  berbentuk cekungan dan memiliki ruangan-ruangan yang demikian luas beserta rongga berisi udara, yang menjadikan volume kapal laut menjadi sedemikian besar. Hal ini menyebabkan massa jenis kapal laut menjadi lebih kecil dari massa jenis air. Oleh sebab itu kapal laut bisa mengapung di laut. Rongga pada bagian tengah kapal laut ini bertujuan agar volume air laut yang dipindahkan badan kapal  besar. Aplikasi ini bedasarkan bunyi hukum Archimedes dimana gaya apung suatu benda sebanding dengan banyaknya air yang dipindahkan. Dengan menggunakan prinsip tersebut maka kapal laut bisa terapung dan tidak tenggelam.

Teknologi perkapalan merupakan contoh hasil aplikasi atas penerapan hukum Archimedes yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.  Seorang ilmuwan Yunani yang bernama Archimedes (287 – 212 SM) menemukan bahwa benda-benda yang tercelup dalam air seolah-olah kehilangan beratnya. Hal ini karena air memberikan gaya ke atas yang menopang benda secara keseluruhan. Akan tetapi kejadian tersebut tidak hanya terjadi pada zat cair saja, melainkan pada seluruh fluida. Berkaitan dengan gaya ke atas yang dialami benda dalam fluida ini, Archimedes mengemukakan sebuah prinsip yang dikenal dengan hukum Archimedes, yaitu “apabila suatu benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, maka benda tersebut mendapatkan gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan atau di desak oleh benda tersebut.
Untuk kasus benda yang tercelup dalam zat cair, maka berat benda yang hilang sama dengan gaya ke atas yang dialami oleh benda dan nilainya sama dengan selisih berat benda di udara dengan berat benda dalam zat cair. Secara matematis besarnya gaya ke atas (gaya apung) yang dialami benda ketika tercelup dalam zat cair dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana:
= gaya ke atas (N)
ρ  = massa jenis zat cair (kg/m3 )
g  = percepatan gravitasi (m/s2 )
V = volume benda yang tercelup dalam zat cair (m3 )
Sebuah benda akan terapung, melayang, tenggelam di dalam sebuah cairan, disebabkan oleh massa jenis benda itu dibandingkan dengan massa jenis cairan tempat benda itu dicelupkan. Massa jenis adalah perbandingan antara massa dengan volume benda. Sebagai contoh massa jenis air adalah 1 gr/cm3, artinya air yang memiliki ukuran kubus dengan sisi masing-masing 1 cm, akan memiliki berat 1 gram. Jadi, semakin kecil massa benda (semakin ringan), dan semakin besar volume benda tersebut, maka akan semakin kecil massa jenisnya. Benda-benda yang mempunyai massa jenis lebih besar dari massa jenis zat cair akan tenggelam dalam zat cair, karena benda yang tenggelam mempunyai gaya berat yang lebih besar daripada gaya ke atasnya (W > FA) dan seluruh volume benda tercelup ke dalam zat cair. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab kapal laut dapat tenggelam karena massa jenis dari kapal laut lebih besar dari pada massa jenis air.
Faktor alam juga merupakan salah satu penyebab tenggelamnya kapal, dimana dalam kondisi badai laut yang hebat, beberapa mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan adanya puntung rokok di sekitar mengakibatkan adanya percikan api, terjadilah peristiwa kebakaran yang hebat yang mengakibatkan matinya tenaga utama dan generator darurat pun gagal dan api seketika membakar seluruh dek kapal. Faktor manusia (human error) merupakan faktor yang sangat disayangkan kurangnya kesadaran keselamatan pada dirinya dan orang disekitarnya. Kurang optimalnya prosedur untuk persiapan dan penanggulangan keadaan darurat, seperti kurangnya jumlah sekoci dan pintu evakuasi kecelakaan pada kapal,  hal tersebut yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia.


DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar