RAJA
LAUT TERKAPAR
Nur Ningsih Nonci, Besse Nurul Hikmah, Dwi Siti
Hartinah Eny. A, Karlinayanti, Nur
Afni
Program Studi Pendidikan IPA FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Fluida merupakan salah satu jenis
zat yang dapat mengalir. Bentuk fluida cenderung tidak tetap, yakni bergantung
pada wadah atau penampungan tempat zat itu berada. Karena sifatnya yang
demikian, maka pemanfaatannya fluida dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak. Aplikasi dari fluida dapat kita lihat contohnya,
seperti pada kapal laut. Pada dasarnya kapal laut yang terbuat
dari bahan-bahan berat dapat mengapung di laut atau perairan karena kapal
didesain sedemikian rupa sehingga mempunyai rongga. Dengan demikian, volume air
yang dipindahkan oleh kapal sangat banyak dan hal ini menyebabkan gaya ke atas
yang dialami oleh kapal sangat besar sehingga kapal tidak tenggelam. Kapal laut berbentuk cekungan
dan memiliki ruangan-ruangan yang demikian luas beserta rongga berisi udara,
yang menjadikan volume kapal laut menjadi sedemikian besar. Hal ini menyebabkan
massa jenis kapal laut menjadi lebih kecil dari massa jenis air. Oleh sebab itu
kapal laut bisa mengapung di laut. Rongga
pada bagian tengah kapal laut ini bertujuan agar volume air laut yang
dipindahkan badan kapal besar. Aplikasi ini
bedasarkan bunyi hukum Archimedes dimana gaya apung suatu benda sebanding
dengan banyaknya air yang dipindahkan. Dengan menggunakan prinsip tersebut maka
kapal laut bisa terapung dan tidak tenggelam.
Teknologi
perkapalan merupakan contoh hasil aplikasi atas
penerapan hukum Archimedes yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Seorang ilmuwan Yunani yang bernama
Archimedes (287 – 212 SM) menemukan bahwa benda-benda yang tercelup dalam air
seolah-olah kehilangan beratnya. Hal ini karena air memberikan gaya ke atas
yang menopang benda secara keseluruhan. Akan tetapi kejadian tersebut tidak
hanya terjadi pada zat cair saja, melainkan pada seluruh fluida. Berkaitan
dengan gaya ke atas yang dialami benda dalam fluida ini, Archimedes mengemukakan
sebuah prinsip yang dikenal dengan hukum Archimedes, yaitu “apabila suatu benda
dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, maka benda tersebut
mendapatkan gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang
dipindahkan atau di desak oleh benda tersebut.
Untuk kasus benda yang tercelup
dalam zat cair, maka berat benda yang hilang sama dengan gaya ke atas yang
dialami oleh benda dan nilainya sama dengan selisih berat benda di udara dengan
berat benda dalam zat cair. Secara matematis besarnya gaya ke atas (gaya apung)
yang dialami benda ketika tercelup dalam zat cair dapat dinyatakan sebagai
berikut:

dimana:

ρ = massa jenis
zat cair (kg/m3 )
g = percepatan
gravitasi (m/s2 )
V = volume benda yang tercelup
dalam zat cair (m3 )
Sebuah benda
akan terapung, melayang, tenggelam di dalam sebuah cairan, disebabkan oleh
massa jenis benda itu dibandingkan dengan massa jenis cairan tempat benda itu
dicelupkan. Massa jenis adalah perbandingan antara massa dengan volume benda.
Sebagai contoh massa jenis air adalah 1 gr/cm3, artinya air yang memiliki
ukuran kubus dengan sisi masing-masing 1 cm, akan memiliki berat 1 gram. Jadi,
semakin kecil massa benda (semakin ringan), dan semakin besar volume benda tersebut,
maka akan semakin kecil massa jenisnya. Benda-benda yang mempunyai massa
jenis lebih besar dari massa jenis zat cair akan tenggelam dalam zat cair,
karena benda yang tenggelam mempunyai gaya berat yang lebih besar daripada gaya
ke atasnya (W > FA) dan seluruh volume benda tercelup ke dalam zat cair. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa penyebab kapal laut dapat tenggelam karena massa jenis dari
kapal laut lebih besar dari pada massa jenis air.
Faktor alam juga merupakan salah satu penyebab tenggelamnya kapal, dimana dalam kondisi
badai laut yang hebat, beberapa mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan adanya
puntung rokok di sekitar mengakibatkan adanya percikan api, terjadilah
peristiwa kebakaran yang hebat yang mengakibatkan matinya tenaga utama dan
generator darurat pun gagal dan api
seketika membakar seluruh dek kapal.
Faktor manusia (human error) merupakan faktor yang sangat disayangkan
kurangnya kesadaran keselamatan pada dirinya dan orang disekitarnya. Kurang
optimalnya prosedur untuk persiapan dan penanggulangan keadaan
darurat, seperti kurangnya jumlah sekoci dan pintu evakuasi
kecelakaan pada kapal, hal tersebut yang mengakibatkan
ratusan orang meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5425749/Tugas1_Jurnal_Analisis_Kapal_Muatan_Penumpang. Diakses tanggal 16 Maret 2015.
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/KONSEP_DASAR_FISIKA/BBM_9_(Fluida)_KD_Fisika.pdf. Diakses tanggal 16 Maret 2015.
https://masdiisya.wordpress.com/2010/09/21/kaitan-gaya-apung-gaya-berat-dan-massa-jenis/. Diakses tanggal 16 Maret 2015.
http://syamiahalfi.blogspot.com/2012/11/hukum-archemedes.html. Diakses tanggal 16 Maret 2015.
http://stevenpanda.blogspot.com/2013/11/mengapa-benda-dapat-mengapung_27.html. Diakses tanggal 16 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar